DEWAN HENINGKAN CIPTA UNTUK GUS DUR
Suasana duka meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat memasuki Masa Persidangan II Tahun Sidang 2009-2010. Menjelang akhir tahun 2009, tepatnya tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.45, Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur telah menghadap Sang Khalik. Kepergian Gus Dur telah meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Dalam pidato pembukaan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2009-2010, Ketua DPR Marzuki Alie memimpin seluruh anggota Dewan yang hadir mengheningkan cipta untuk Gus Dur.
“Kepergian Presiden RI yang ke-4 telah meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi Bangsa Indonesia. Indonesia telah kehilangan seorang tokoh, seorang Guru Bangsa yang telah mengabdikan dirinya bagi bangsa dan negara Indonesia,” kata Ketua DPR Marzuki Alie dalam pidato pembukaan masa sidang.
Ketua DPR menilai sosok Gus Dur adalah seorang yang mempunyai komitmen kuat terhadap semangat kebersamaan, demokrasi dan pluralisme. Hal itu menjadikannya sebagai tokoh dan negarawan yang sangat dihargai, baik didalam negeri maupun dunia internasional.
“Walaupun pendapat beliau kadang mengundang kontroversi,” ujar Marzuki.
Ia menilai Gus Dur merupakan tokoh bangsa yang mempunyai pemikiran modern meskipun berasal dari suasana keislaman tradisional. “Beliau memiliki pikiran modern walaupun latar belakang beliau adalah suasana keislaman modern,” kata Ketua DPR.
Lebih jauh, Marzuki Alie berharap keluarga yang ditinggalkan dapat diberikan ketabahan dan kesabaran. (bs)